<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8997976591671956304\x26blogName\x3dratih\x27s+story+:)\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://ratihjavariani.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://ratihjavariani.blogspot.com/\x26vt\x3d1016960885192599136', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Kamis, 02 Desember 2010

♥ CERPEN PART 6# ENDING-

Sudah 1 minggu lebih aku berada di rumah sakit. Dokter memperbolehkanku untuk kembali ke rumah. Karena menurut dokter kondisiku sudah cukup membaik. Aku dijemput dengan kakakku meninggalkan rumah sakit dan membereskan perlengkapan yang kami bawa.
            Setibanya dirumah, aku menceritakan semua kejadianku kepada kakakku. Pada awalnya kakakku tidak percaya dengan hal semacam ini. Ia mengira ceritaku ini hanya ketakutanku semata. Cerita yang tidak masuk akal. Aku hanya bisa terdiam ketika kakaku menertawaiku. Aku mencoba menjelaskan lagi, dan akhirnya kakakku menjadi percaya denganku walaupun masih ada rasa ragu dihatinya. Ia mencoba menenangkanku dan berkata kalau itu hanya alusinasiku saja.
           
            Hari-hariku dilalui dengan ketidakpastian. Aku masih dirundung keraguan dengan semua hal yang selama ini kualami. Aku sering melihat kejadian-kejadian seperti itu. Aku merasa ini bukanlah aku yang sebenarnya. Hingga akhirnya….. Sebuah kejadian menimpaku. Saatku ingin pergi ke kampus, sebuah mobil truk bertabrakan dengan mobil sedan yang letaknya berdekatan denganku. Aku memang tak berhati-hati sewaktu aku ingin menyebrang jalan tersebut. Karena waktu yang mendesak mengharuskanku untuk pergi dengan terburu-buru. Hantaman mobil itu membuat kaca depannya menjadi retak hingga akhirnnya mengenai mataku. Saat itu, aku hanya bisa memajamkan mataku dan merasakan perihnya pecahan kaca yang tajam. Peristiwa itulah yang akhirnya membuat mataku kembali seperti semula. Mungkin ini jalan yang terbaik yang diberikan tuhan kepadaku. Pengalaman hidupku yang dulu kan ku jadikan kisah hidupku yang akan selalu ku kenang.

my postings ♥
17.40

♥ CERPEN PART 5#

Keesokan harinya aku mengajak David untuk bermain bersama. David terlihat senang dan ceria. Tapi, dibalik senyumannya terlihat bahwa David menyimpan kesedihan yang teramat mendalam. Inilah kenyataan hidup yang harus diterima. Aku yakin David adalah anak yang tegar.
            Akupun meninggalkan David setelah bermain seharian. Pengalaman yang tak dapat kulupakan. Bermain dengan seorang anak yang berjiwa besar sepertinya. Dia tetap semangat mengajakku untuk bermain dengannya. Tetapi, aku merasa lelah sehingga akupun mengakhiri permainan itu.
            Siang berganti malam. Aku menjalani rutinitasku seperti biasanya, yakni makan malam. Suster Mariam mengantarkan makanan ke dalam kamarku bersama David. Aku terkejut. Kenapa suster Mariam bisa datang bersama David? Setibanya David di kamarku, dia hanya memberikan senyuman manis kepadaku dan menjabat serta memeluk tubuhku. Tingkah lakunya begitu aneh.
            Setelah menyantap makan malamku, akupun tidur dengan pulasnya. Akupun tak menyadari keadaan di sekelilingku lagi. Tepat pukul 02.00 dini hari, aku terbangun kembali. Kejadian ini sudah terulang kedua kalinya. Aku mencoba untuk memejamkan mata, tetapi tak bisa. Aku duduk bersandar di tempat tidurku sambil mendangi pasien-pasien yang sedang tertidur. Tiba-tiba aku kepikiran David. Aku berniat untuk pergi kekamarnya. Walaupun sepi, tetapi hatiku terus berkata untuk tetap melihat keadaan David. Didalam perjalanan menuju kamar David, aku kembali melihat sosok pria berjubah hitam datang melintas dihadapanku. Dia menuju ke kamar David. Aku segera bergegas mengikutinya. Entah apa yang akan diperbuatnya. Ternyata benar! Dia masuk ke kamar David. Dia mendekatinya dan berusaha menarik David ke tempat tidurnya. Kejadian ini sama seperti kejadian sebelum Ibu Chris meninggal. David pun terbangun. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya memandangiku dan memohon agar aku dapat menolongnya. Aku mencoba untuk mencegah. Tetapi kakiku seperti tertahan, tak dapat bergerak lagi. Pria itu kemudian membawa David pergi dan akupun tak tersadarkan diri.
            Aku kembali ditemukan dalam keadaan tertidur di luar kamar. Kejadian ini kembali mengingatkanku kepada kejadian Ibu Chris. Aku bisa melihat kematian. Apa karena mataku ini ? Tuhan, aku mohon kepadamu jika ini tidak bisa menjadi bagian dari diriku, kembalikanlah aku pada keadaanku yang semula. Dan jika ini kehendakmu, berikanlah aku kekuatan.

my postings ♥
17.40

♥ CERPEN PART 4#

“Nyonya Tessa?” seorang suster yang bernama Mariam mencoba membangunkanku.
“Kenapa anda tidur disini? Pasti semalam anda mengigau bukan?” tanya suster.
            “Semalam aku terbangun dan tak sadar kalau akhirnya tertidur disini.”
            Aku melihat banyak dokter dan suster datang memasuki kamarku.
            “Maaf sus, ada apa ya? Kok ramai sekali dikamarku ini?”
            “Semalam diduga Ibu Chris meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang  sudah lama dideritanya. Itu masih dugaan sementara. Fakta yang sebenarnya masih diselidiki dokter. Apa kamu semalam nggak merasakan hal yang aneh dari ibu ini? Kali aja pernyataan kamu dapat membantu penyelidikan dokter.”
            “Tapi sus, terakhir saya melihat dia baik-baik aja.
            Aku masih belum bisa mengatakan yang sesungguhnya. Aku yakin tidak ada yang dapat mempercayaiku.
            “Hai kak! Mau main sama aku nggak?” celoteh seorang anak.
            “Iya, boleh. Nama kamu siapa?”
            “Aku David. Kamarku tidak jauh kok dari kamar kakak. Nama kakak Tessa kan?”
            Lho kok kamu tau?”
            “Iya dong, kemarin aku melihat kakak dan keluarga kakak banyak membicakan tentang kakak. Tapi bukan berarti aku nguping lho!”
            “Kamu lucu! Senang bisa berkenalan denganmu.”
            “Ya sudah. Sekarang istirahat ya David! Sudah waktunya untuk tidur siang.” ucap suster Mariam memotong pembicaraan.
            “Baik suster.”
            “Kasihan si David. Dia menderita penyakit kanker. Penyakit itu sudah akut didalam tubuhnya. Tetapi dia selalu mencoba untuk tegar dengan penyakit yang dideritanya. Kata dokter usianya tinggal menghitung hari. Kita doakan saja yang terbaik untuk dirinya.”
            “Anak yang tegar. Aku salut sama David!”

            Tak terbayangkan di pikiranku seorang anak kecil dapat setegar dan sekuat itu. Dia tahu kalau penyakit itu akan membuatnya pergi meninggalkan dunia. Tetapi dia pasrah dan menerima apa adanya. Aku ingin membuat hari-hari terakhirnya menjadi hari-hari yang tak terlupakan.

my postings ♥
17.39

♥ CERPEN PART 3#


          Didalam tidurku aku bermimpi sosok wanita separuh baya itu. Dan akupun tiba-tiba terbangun dari tidurku. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Semua pasien tertidur dengan pulasnya. Mataku tertuju kembali ke wanita separuh baya itu. Aku mencoba untuk tidur kembali, tetapi tidak bisa. Akupun berniat ingin pergi ke toilet. Tetapi niat itu terbatalkankan, ketika aku melihat sosok pria berjubah hitam mendekati wanita separuh baya tersebut.           
“Hei, siapa kamu?” tanyaku penasaran.
            Dia tak menjawab pertanyaanku.
            “Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan ibu itu?”
            Pria itu hanya melihatku dan kembali mendekati ibu tersebut.
            “Jangan, apa yang akan kau lakukan dengan ibu itu?”

            Tidak lama kemudian, ibu itu terbangun dengan nafas terengah-engah. Aku mencoba memanggil dokter ataupun suster. Tetapi tidak ada satupun yang datang dan mendengar. Pria itu kemudian membawa ibu itu keluar dan aku berusaha mengikuti kemana mereka pergi. Aku mengejar mereka hingga akhirnya pergi meninggalkan kamar.

            “Mau kau bawa kemana ibu itu? Suster, Dokter tolong! Pria berjubah hitam itu berusaha menculik wanita separuh baya itu. Adakah yang dapat mendengarkanku?”
            Ibu itu hanya memandangiku saja dan meninggalkanku. Dari pandangan wanita separuh baya itu mencoba memberikanku isyarat untuk menolongnya dari dekapan pria tersebut. Tetapi apa daya, aku tak dapat mengejar mereka. Akupun tak sadarkan diri setelah melihat kejadian itu.

my postings ♥
17.37

♥ CERPEN PART 2#

Sekarang aku sedang meneruskan pendidikanku di bangku   kuliah.   Aku tidak malu dengan kekurangan yang kumiliki. Walaupun teman-temanku terkadang berpandangan aneh kepadaku. Biarlah mereka berkata apa, inilah aku apa adanya dengan kelebihan dan kekuranganku. Pernah terbesit dibayanganku, aku ingin seperti remaja-remaja lain yang dapat melihat indahnya dunia. Tetapi buat apa disesali karena ini sudah terjadi dan aku tidak boleh menyesalinya. Aku harus terima. Inilah kehidupanku yang nyata.
“Kamu itu sudah besar. Usiamu sudah menginjak 19 tahun. Kamu sebentar lagi akan menginjak dewasa. Apa kamu tidak ingin mempunyai penglihatan sempurna kembali? Kami ingin mengembalikan penglihatanmu seperti dulu. Tetapi kenapa kamu selalu menolak ajakan kami untuk mencangkok mata? Itu semua kami lakukan demi kebaikanmu.”cetus ibuku.
Aku bosan dengan ucapan mereka seperti itu. Aku nyaman dengan kehidupanku sekarang. Aku bingung harus berbuat apa. Aku ingin membahagiakan mereka. Tetapi dengan cara apa? Mungkin dengan menuruti perkataan mereka aku dapat membuat mereka senang. Mereka melakukan itu semata-mata hanya untukku dan kehidupanku yang lebih baik. Akhirnya aku menyetujui tawaran mereka. Sungguh keputusan yang berat.          
Malam itu juga, aku di berangkatkan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Hatiku masih bimbang. Di dalam lubuk hatiku yang paling dalam berkata, “Kau pasti bisa.” Perkataan itu yang membuatku tegar dalam menjalani proses ini.               
Tiba saat yang paling menegangkan, ketika aku memasuki ruang operasi. Ayah, Ibu dan Kakakku memberikan dukungan sebelum memasuki ruangan tersebut dan berdoa untuk keselamatanku. Sesaat di dalam ruangan, aku hanya dapat mendengar percakapan dokter dan suster yang sepertinya ada di dekatku. Perkataan Ibu membuatku selalu yakin, “Pasrahkan hidupmu kepada Tuhan, karena Dialah yang berhak atas segalanya. Kita hanya bisa berencana tetapi Tuhanlah yang memutuskannya.” Aku tertidur setelah dokter menyuntikkan bius kedalam infusku. Aku tidak menyadari lagi apa yang terjadi di sekitarku.
Beberapa lama kemudian, aku mendengar suara ibu, ayah dan kakakku disekitarku menanyakan kabarku. Aku merasakan perban menempel di mataku.
“Ibu, dimana aku sekarang?”
“Kamu sudah ada di kamar. Operasi itu berjalan dengan sempurna. Beristirahatlah, nak. Ibu selalu setia mendampingimu.”

Hari-hari kulalui di rumah sakit dengan mata yang masih diperban. Terdengar suara teman-temanku datang menjengukku. Tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan keadaan seperti ini. Badanku lemah tak berdaya. Yang bisa ku lakukan hanya berdoa kepadaNya.

Saat-saat yang ku nantikan pun tiba. Hatiku berdetak kencang untuk melihat hasil yang sudah lama ku tunggu. Inilah waktunya untuk membuka perban mataku.
“Nanti jika perbannya sudah di buka, buka matamu secara perlahan-lahan.” kata dokter sambil membuka perban mataku.
“Iya dokter, terima kasih! Aku sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya.”
“Baiklah, sekarang buka matamu secara perlahan-lahan. Jangan terlalu dipaksa.”
“Aku belum bisa melihat apa-apa. Penglihatanku masih buram. Hanya cahaya-cahaya yang dapat aku lihat.”
“Iya memang begitulah. Itu baru permulaannya saja. Lambat-laun kau akan mendapatkan semuanya. ”

Semoga apa yang dokter katakan itu benar. Aku takut terjadi hal-hal yang tidak-tidak dengan mataku ini. Aku memandangi keadaan di sekelilingku. Walaupun penglihatanku berbayang-bayang, tetapi aku harus terus mencoba. Tidak hanya aku yang berada di dalam kamar itu, tetapi masih ada pasien lainnya yang juga terbaring lemah sama sepertiku. Pandangan mataku terhenti ketika aku melihat sosok wanita separuh baya sedang melihatku dengan sorot mata yang tajam. Dia terbaring dengan tangan di infus dan bantuan pernapasan di hidung. Matanya seolah-olah mengisyaratkan padaku agar aku dapat menolongnya. Entah apa maksudnya, aku tak tahu. Aku terus memikirkannya, hingga aku akhirnya tertidur.

my postings ♥
17.31


♥ my information


♥ about my self



    I'm ratih javariani utari. It's my page and all of about my story. You can read, share and enjoy with my blog.




♥ my thanks to

♥ my posting




Taylor Swift - Love Story